Diberdayakan oleh Blogger.

Slamat datang di blog MI Attaqwa GUPPI Wojowalur

Semoga blog yang masih sederhana ini ada manfaatnya

Senin, 20 Februari 2012

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)


PENELITIAN TINDAKAN KELAS

       Bagi guru penelitian yang paling tepat dilakukan untuk meningkatkan mutu pembelajarannya adalah mencoba-coba melalui penelitian tindakan kelas (PTK). Kata ”penelitian” dalam PTK menunjuk pada sebuah kegiatan mencermati suatu proses tertentu dengan menggunakan prinsip-prinsip dan teori yang sudah ditentukan. Dari tiga kata yang membentuk konsep PTK, yang paling penting maknanya adalah yang kedua, yaitu ”TINDAKAN”.  Dengan begitu penelitian tindakan mempunyai arti  pencermatan, tertuju pada objek penting yaitu tindakan.  Dalam hal ini tindakan menunjuk pada suatu perlakuan – sebagaimana istilah yang digunakan dalam penelitian eksperimen. Perbedaan antara perlakuan dalam eksperimen dan dalam PTK adalah demikian.
         Tindakan dalam eksperimen dicermati dampaknya terhadap hasil, sedangkan tindakan dalam penelitian tindakan, yang dicermati
         adalah unsur-unsur yang ada di dalam proses tindakan itu sendiri
      Kata ketiga yaitu ”Kelas” menunjukkan keterangan di mana tindakan dilaksanakan, tidak mempunyai makna mengikat. Penelitian model ini dapat dilaksanakan bukan hanya di dalam gedung sekolah saja tetapi  juga dapat di lapangan, di bengkel, di laboratorium, atau di tempat-tempat lain yang masih termasuk dalam urusan pembelajaran. jadi bagi guru  penelitian dapat dilakukan di kelas, tetapi mungkin juga di luar kelas, misalnya di lapangan atau di tempat lain ketika guru mengantar siswa dalam tugas pengamatan di museum, pabrik, dan lain-lain.
        Sesuai dengan tugas profesional guru adalah mendidik, membimbing, dan mengajar siswa melalui proses pembelajaran, maka tindakan yang dilakukan dan diteliti dengan sendirinya juga harus disesuaikan dengan profesinya, yaitu melakukan proses pembelajaran terhadap siswa di kelasnya. Tindakan yang dapat dilakukan oleh guru tidak saja diarahkan kepada siswa dalam rangka pembelajaran, tetapi juga dapat untuk kepentingan dirinya sendiri, yaitu meningkatkan mutu kinerjanya sebagai guru.
 CIRI-CIRI PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Sebetulnya saat ini tidak sedikit guru yang dalam kegiatannya sehari-hari sudah melakukan upaya untuk meningkatkan mutu profesionalnya, tetapi mungkin sifatnya coba-coba, insidental, tidak dengan sengaja dirancang sejak awal dan mungkin juga belum diamati prosesnya secara sistematis, apalagi dicatat dan dilaporkan sebagai laporan penelitian tindakan yang dapat dikategorikan sebagai KTI.

  
        Beberapa persyaratan kegiatan guru, atau siapa saja,  supaya dapat dikategorikan sebagai penelitian tindakan harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut...... untuk lebih lengkapnya silahkan download disini


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjn2c6XdgoBOeJ92EbtJBN0osxF1u4n6RBfFPuyaog0pm02OfWeY2-7WU6YVtrK1AIK706FKikSejivOgmEGCvVVWsGRf_lo3nBIkEK7IGGmjok7wjz1OJV2j-Uf2fzELlPT6H9s7QWUcI/s1600/Lambang_Kabupaten_Kulon_Progo.jpg 


MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK


MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK
KELAS AWAL SD/MI/SDLB

        Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung.

Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD  kelas I – III untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA  2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistic), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.

Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang terpisah,  muncul permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah. Angka mengulang kelas dan angka putus sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain. Data tahun 1999/2000 memperlihatkan bahwa angka mengulang kelas satu sebesar 11,6% sementara pada kelas dua 7,51%, kelas tiga 6,13%, kelas empat 4,64%, kelas lima 3,1%, dan kelas enam 0,37%. Pada tahun yang sama angka putus sekolah kelas satu sebesar 4,22%, masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas dua 0,83%, kelas tiga 2,27%, kelas empat 2,71%, kelas lima 3,79%, dan kelas enam 1,78%.

Angka nasional tersebut semakin memprihatinkan jika dilihat dari data di masing-masing propinsi terutama yang hanya memiliki sedikit  taman Kanak-kanak. Hal itu terjadi terutama di daerah terpencil. Pada saat ini hanya sedikit peserta didik kelas satu sekolah dasar yang mengikuti pendidikan prasekolah sebelumnya. Tahun 1999/2000 tercatat hanya 12,61% atau 1.583.467 peserta didik usia 4-6 tahun yang masuk Taman Kanak-kanak, dan kurang dari 5 % Peserta didik berada pada  pendidikan prasekolah lain.

Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta didik kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang telah masuk Taman Kanak-Kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan Taman Kanak-Kanak. Selain itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas satu dan dua sekolah dasar dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan peserta didik yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang kelas atau bahkan putus sekolah.

Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran pada kelas awal sekolah dasar yakni kelas satu, dua, dan tiga lebih sesuai jika dikelola dalam pembelajaran terpadu melalui pendekatan pembelajaran tematik. Untuk memberikan gambaran tentang pembelajaran tematik yang dapat menjadi acuan dan contoh konkret, disiapkan model pelaksanaan pembelajaran tematik untuk SD/MI kelas I hingga kelas III. Pembahasan lebih lengkapnya bisa di download disini

untuk melihat rangkuman pembahasan bisa dilihat daftar isinya dibawah ini

DAFTAR ISI


Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I              : PENDAHULUAN …………………………………………………......1
A.    Latar Belakang Pembelajaran Tematik ……………….......................  2
B.     Tujuan ………………………………………….............………...... 2
C.     Ruang Lingkup ……………………..……………….........................2
BAB II            :  KERANGKA BERPIKIR…………………………………………….....................................................3
A.    Karakteristik Perkembangan Anak Usia Kelas Awal SD.........…….....3
B.     Cara Anak Belajar……………………………………................…..3
C.     Belajar dan Pembelajaran Bermakna………………….......................4
D.    Pengertian Pembelajaran Tematik……………………….........……...4
E.     Landasan Pembelajaran Tematik…………………….......………….5
F.      Arti penting Pembelajaran Tematik………………………........……..6
G.    Karakteristik Pembelajaran tematik……………………….............….6
H.    Rambu-Rambu…………………………………………...............….7
BAB III          :  IMPLIKASI PEMBELAJARAN TEMATIK….…..............................8
A.    Implikasi bagi Guru……………………………...…….....................8
B.     Implikasi Bagi Siswa………………………………......................…8
C.     Implikasi  terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media........8
D.    Implikasi terhadap pengaturan ruangan ……………………….....…..8
E.     Implikasi terhadap pemilihan metode ………………………….....….9
BAB IV          :    TAHAP PERSIAPAN PELAKSANAAN ………………………...…10
A.    Pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar  dan Indikator dalam tema.............................………………………………..............…10
B.     Menetapkan Jeringan Tema …………………………………........11
C.     Penyusunan Silabus ……………………………………...…….....11
D.    Penyususnan Rencana Pembelajaran ………………………............11
BAB V            :    TAHAP PELAKSANAAN ...………………………..........................12
A.    Tahapan Kegiatan………....…………………………....................12
B.     Pengaturan Jadwal Pelajaran…………………………...................13
BAB VI          :    PENILAIAN …………………..…...………………..........................14
A.    Pengertian ………………….....…………………..................……14
B.     Tujuan………………………….…………………...................…..14
C.     Prinsip ………………………...……………………......................14
D.    Alat Penilaian …………………...…………………........................14
E.     Aspek Penilaian ……………………...………………....................15
PENUTUP ……………………………………………………………........................…15

LAMPIRAN
1  Contoh Pemetaan Standar Kompetensi Dengan Tema......…………………............……17
2. Contoh Jaringan Tema …………………………………...……………….................…27
3. Contoh Silabus …………………………………………...………………....................31
4. Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………………..……...…………..............34

   



MODEL PENILAIAN KELAS SD/MI


MODEL PENILAIAN KELAS SD/MI


         Pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi pengelolaan pendidikan dengan diberikannya wewenang kepada satuan pendidikan untuk menyusun kurikulumnya mengacu pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional dan pasal 35, mengenai standar nasional pendidikan.
Desentralisasi pengelolaan pendidikan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dan kondisi daerah perlu segera dilaksanakan. Bentuk nyata dari desentralisasi pengelolaan pendidikan ini adalah diberikannya kewenangan kepada satuan pendidikan untuk mengambil keputusan berkenaan dengan pengelolaan pendidikan, seperti dalam pengelolaan kurikulum, baik dalam penyusunannya maupun pelaksanaannya di satuan pendidikan. 
Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengacu pada standar nasional pendidikan: standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Salah satu tugas Pusat Kurikulum adalah mengembangkan model-model kurikulum berdiversifikasi sebagai bahan pertimbangan bagi BSNP untuk dapat menetapkan model-model kurikulum. Model-model tersebut adalah sebagai berikut ini.
1.   Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran.
2.   Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal Sekolah Dasar.
3.   Model Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal.
4.   Model Pengembangan Diri.
5.   Model Pembelajaran Terpadu IPA SMP.
6.   Model Pembelajaran Terpadu IPS SMP.
7.   Model Integrasi Pendidikan Kecakapan Hidup SMP dan SMA.
8.   Model Penilaian Kelas.
9.   Model KTSP SD
10. Model KTSP SMP
11. Model KTSP SMA
12. Model KTSP SMK
13. Model KTSP Pendidikan Khusus
Model-model ini bersama sumber-sumber lain dimaksudkan sebagai pedoman sekolah/madrasah dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, sehingga pengembangan kurikulum pada satuan pendidikan   dapat memberi kesempatan peserta didik untuk : (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Salah satu model diatas adalah Model Penilaian Kelas SD. Model ini memberi contoh bagi guru di Sekolah Dasar untuk mengembangkan dan melaksanakan penilaian.
Pusat Kurikulum menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada banyak pakar yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi, Direktorat di lingkungan Depdiknas, kepala sekolah, pengawas, guru, dan praktisi pendidikan, serta Depag. Berkat bantuan dan kerja sama yang baik dari mereka, contoh-contoh  KTSP  dan model-model ini dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat.






Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab
I
PENDAHULUAN



A.   Latar Belakang
2


B.   Tujuan
2


C.   Ruang Lingkup
3


D.   Sasaran Pengguna Pedoman
3




Bab
II
KONSEP DASAR PENILAIAN



A.   Pengertian Penilaian Kelas
4


B.  Manfaat  Penilaian Kelas
4


C.   Fungsi Penilaian Kelas
5


D.   Prinsip-prinsip Penilaian Kelas
5


E.   Penilaian Hasil Belajar Masing-Masing Kelompok Mata Pelajaran
6


F.   Rambu-Rambu
6


G.   Ranah Penilaian
6




Bab
III
TEKNIK PENILAIAN



I.    Tenik-Teknik Penilaian
8


a. Penilaian Unjuk Kerja
8


b. Penilaian Sikap
13


c. Penilaian Tertulis
18


d. Penilaian Proyek
23


e. Penilaian Produk
24


f. Penilaian Portofolio
25


g. Penilaian Diri
27


II.   Prinsi-Prinsip Penilaian Kelas I - III
29




Bab
IV
LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PENILAIAN



A.   Penetapan Indikator Pencapaian Hasil Belajar
30


B.   Pemetaan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator dan Teknik Penilaian
31


C.   Penetapan Teknik Penilaian
33




Bab
V
PENGOLAHAN HASIL PENILAIAN



A.   Pengolahan Hasil Penilaian
34


B.   Interpretasi Hasil Penilaian Dalam Menetapkan Kriteria Ketuntasan Belajar
39




Bab
VI
PEMANFAATAN DAN PELAPORAN HASIL PENILAIAN



A.  Pemanfaatan Hasil Penilaian
41


B.  Pelaporan Hasil Penilaian Kelas
42






Lampiran-Lampiran



Petunjuk Pengisian Rapor



A. Rasional
46


B. Penjelasan Umum
46


C. Penjelasan Pengisian Masing-Masing Mata Pelajaran
47


D. Mekanisme Penentuan Naik Kelas dan Tinggal Kelas
51


Contoh Model Rapor SD/MI
52



BAB I
PENDAHULUAN


Implementasi PP No. 19 tentang Standar Pendidikan Nasional membawa implikasi terhadap sistem penilaian, termasuk konsep dan teknik penilaian yang dilaksanakan di kelas.

Penilaian hasil belajar dilakukan oleh pendidik (dalam hal ini guru), satuan pendidikan dan pemerintah. Penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh guru satuan pendidikan termasuk penilaian internal (internal assessment), sedangkan yang diselenggarakan pemerintah termasuk penilaian eksternal (external assessment).  Penilaian internal adalah penilaian yang direncanakan dan dilakukan oleh pendidik pada proses pembelajaran berlangsung dalam rangka penjaminan mutu.  Penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pemerintah sebagai pengendali mutu, seperti ujian nasional.

Penilaian kelas merupakan penilaian internal terhadap proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh pendidik, dalam hal ini guru di kelas atas nama satuan pendidikan untuk menilai kompetensi peserta didik pada saat dan akhir pembelajaran. Untuk lebih lengkapnya silahkan download disini


 

Blogger news

About