Sekolah sebagai lembaga pendidikan
diharapkan bisa berfungsi sebagai: (1) peletak perkembangan pribadi anak untuk
menjadi warga negara yang baik, (2) peletak kemampuan dasar anak, dan (3)
penyelenggara pendidikan untuk persiapan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Kemampuan dasar utama yang diberikan kepada anak didik adalah
kemampuan dasar yang membuat bisa berpikir kritis dan imajinatif.
Ditinjau dari komponennya, ada beberapa
unsur atau elemen utama dalam organisasi sekolah. Unsur-unsur tersebut
meliputi: (1) sumber daya manusia, yang mencakup kepala sekolah, guru, pegawai
administrasi, dan siswa, (2) sumber daya material, yang mencakup peralatan,
bahan, dana, dan sarana prasarana lainnya, (3) atribut organisasi, yang mencakup
tujuan, ukuran, struktur tugas, jenjang jabatan, formalisasi, dan peraturan
organisasi, (4) iklim internal organisasi, yakni situasi organisasi yang
dirasakan personel dalam proses interaksi, dan (5) lingkungan organisasi
sekolah.
Ditinjau dari karakteristiknya, sekolah
merupakan suatu sistem organisasi. Sebagai suatu sistem organisasi, sekolah
bisa ditinjau dari dua sisi, yaitu sisi struktur organisasi dan perilaku
organisasi. Struktur organisasi mengacu pada framework organisasi, yaitu tata pembagian tugas dan hubungan
baik secara vertikal, horizontal dan diagonal. Hal ini bisa mencakup
spesifikasi jabatan, pembagian tugas, garis perintah, peraturan organisasi,
serta hierarki kewenangan dan tanggung jawab. Perilaku organisasi mengacu pada
aspek-aspek tingkah laku manusia dalam organisasi. Organisasi sekolah dipandang
sebagai suatu sistem sosial, yang di dalamnya terjadi interaksi antar individu
untuk mencapai tujuan organisasi. Salah satu atribut yang banyak berkaitan
dengan interaksi perilaku individu dalam organisasi adalah budaya organisasi.
Budaya organisasi adalah ikatan sosial yang
mengikat anggota suatu organisasi secara bersama dalam memberikan nilai-nilai,
alat simbolis dan ide-ide sosial. Bila
diterapkan dalam organisasi sekolah, ada tiga komponen yang berkaitan dengan
budaya organisasi sekolah, yaitu: (1) institusi atau lembaga yang perannya
dilakukan oleh kepala sekolah sebagai pemimpin organisasi sekolah, (2)
guru-guru sebagai individu yang memiliki kepribadian dan kebutuhan, baik
kebutuhan profesional maupun kebutuhan sosial, dan (3) interaksi dari kedua
komponen tersebut. Untuk itu, kepala sekolah harus mampu mengintegrasikan kedua
komponen tersebut, yakni peranan, tuntutan dan harapan lembaga, dengan
kepribadian, dan kebutuhan guru, agar bisa mencapai tujuan organisasi secara
optimal. Keberhasilan organisasi sekolah banyak
ditentukan keberhasilan kepala sekolah dalam menjalankan peranan dan tugasnya.
Ada banyak pandangan yang mengkaji tentang
peranan kepala sekolah. Campbell, Corbally & Nyshand (1983) mengemukakan
tiga klasifikasi peranan kepala sekolah, yaitu: (1) peranan yang berkaitan
dengan hubungan personal, mencakup kepala sekolah sebagai figurehead atau simbol organisasi, leader atau pemimpin, dan liaison atau penghubung, (2) peranan yang
berkaitan dengan informasi, mencakup kepala sekolah sebagai pemonitor,
disseminator, dan spokesman
yang menyebarkan informasi ke semua lingkungan organisasi, dan (3) peranan yang
berkaitan dengan pengambilan keputusan, yang mencakup kepala sekolah sebagai entrepreneur, disturbance
handler, penyedia segala sumber, dan negosiator.
Di sisi lain, Stoop & Johnson (1967)
mengemukakan empat belas peranan kepala sekolah dasar, yaitu: (1) kepala
sekolah sebagai business manager,
(2) kepala sekolah sebagai pengelola kantor, (3) kepala sekolah sebagai
administrator, (4) kepala sekolah sebagai pemimpin profesional, (5) kepala
sekolah sebagai organisator, (6) kepala sekolah sebagai motivator atau
penggerak staf, (7) kepala sekolah sebagai supervisor, (8) kepala sekolah
sebagai konsultan kurikulum, (9) kepala sekolah sebagai pendidik, (10) kepala
sekolah sebagai psikolog, (11) kepala sekolah sebagai penguasa sekolah, (12)
kepala sekolah sebagai eksekutif yang baik, (13) kepala sekolah sebagai petugas
hubungan sekolah dengan masyarakat, dan (14) kepala sekolah sebagai pemimpin
masyarakat. Dari keempat belas peranan tersebut, dapat
diklasifikasi menjadi dua, yaitu kepala sekolah sebagai administrator
pendidikan dan sebagai supervisor pendidikan. Begitu juga dengan Sergiovanni
(1991) yang membedakan tugas kepala sekolah menjadi dua, yaitu tugas dari sisi administrative
process atau proses administrasi, dan tugas dari sisi task areas bidang
garapan pendidikan.
Berdasarkan landasan teori tersebut, dapat
digarisbawahi bahwa tugas-tugas kepala sekolah dasar dapat diklasifikasi
menjadi dua, yaitu tugas-tugas di bidang administrasi dan tugas-tugas di bidang
supervisi.
Tugas di bidang administrasi adalah
tugas-tugas kepala sekolah yang berkaitan dengan pengelolaan bidang garapan
pendidikan di sekolah, yang meliputi pengelolaan pengajaran, kesiswaan,
kepegawaian, keuangan, sarana-prasarana, dan hubungan sekolah masyarakat. Dari
keenam bidang tersebut, bisa diklasifikasi menjadi dua, yaitu mengelola
komponen organisasi sekolah yang berupa manusia, dan komponen organisasi
sekolah yang berupa benda.
Tugas di bidang supervisi adalah tugas-tugas
kepala sekolah yang berkaitan dengan pembinaan guru untuk perbaikan pengajaran.
Supervisi merupakan suatu usaha memberikan bantuan kepada guru untuk
memperbaiki atau meningkatkan proses dan situasi belajar mengajar. Sasaran
akhir dari kegiatan supervisi adalah meningkatkan hasil belajar siswa.
Keberhasilan
kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya banyak ditentukan oleh kepemimpinan
kepala sekolah. Kepemimpinan merupakan faktor yang paling penting dalam
menunjang tercapainya tujuan organisasi sekolah. Keberhasilan kepala sekolah
dalam mengelola kantor, mengelola sarana prasarana sekolah, membina guru, atau
mengelola kegiatan sekolah lainnya banyak ditentukan oleh kepemimpinan kepala
sekolah. Apabila kepala sekolah mampu menggerakkan, membimbing, dan mengarahkan
anggota secara tepat, segala kegiatan yang ada dalam organisasi sekolah akan
bisa terlaksana secara efektif. Sebaliknya, bila tidak bisa menggerakkan
anggota secara efektif, tidak akan bisa mencapai tujuan secara optimal. Untuk
memperoleh gambaran yang jelas, bagaimana peranan kepemimpinan dalam
pengelolaan sekolah, maka perlu diuraikan tentang konsep dasar kepemimpinan
kepala sekolah dasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar